Tuesday, June 9, 2020

AYAH ❤


Masih teringat jelas dalam ingatan, saat dimana bibir ini tak mampu mengucap sepatah kata, air mata ini yang ingin sekali menetes tapi seakan sangat tertahankan, pikiran ini yang begitu kacau, tetapi berusaha tenang dan tetap tenang.  Walau tak di dengar tapi hati ini terus berdoa meminta pertolongan agar semuanya baik-baik saja seperti sebelumnya.

Apa ini??? Kenapa kaki ini seakan tdk bisa berpijak?
Tanganku juga begitu bergoyang hebat, jantung yang berdegub kencang seakan-akan tau apa yang terjadi di luar sini.
Kau harus kuat, kau bisa melakukannya.
Kenapa gembok pagar ini sangat sulit di buka, tidak seperti biasanya?? Apa karna tangan ini? Tuhan, tolong bantu aku.
Tuhan, aku belum siap. Apa ini? Tuhan, bantu ayahku, semua akan baik-baik saja bukan???

Doa, doa, dan doa...
Tidak ingin memikirkan hal lain selain berdoa, meminta pada yang kuasa untuk semuanya menjadi baik-baik saja.
Mata ini pun tidak bisa berhenti mengeluarkan isinya.

(Ya allah, jadikanlah semuanya baik-baik saja) 

Setelah meminta pertolongan tetangga kita langsung kerumah sakit, mobil melaju dengan kecepatan tinggi, doa-doa yang kuucap tak pernah putus. 
Jalanan begitu sepi, jarak rumah sakit dan rumahku tidak begitu jauh, tapi kenapa ini terasa sangat lama? 
Ya Tuhan, bantu kami..

Setelah tiba di rumah sakit, petugas langsung membantu menurunkan ayahku, masuk ke dalam IGD dan langsung memberikan pertolongan pertama, di tempelkan alat-alat medis di atas dada ayahku, aku yang tak sanggup lagi berdiri langsung duduk sambil terus memperhatikan ayahku. 
Ya allah jadikan semuanya baik-baik saja.. 
Jadikan semuanya baik-baik saja.. 
Hanya itu yang terus kupinta.

Seorang dokter yang telah memasang alat-alat medis di atas dada ayaku tiba-tiba melihat ke arah kakak dan mamaku yang berdiri di depannya, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, memberi isyarat kepada kakak dan mamaku kalau orang yang sangat kami cintai itu telah pergi. 
Kakaku menangis hebat memeluk ayahku, menyuruh ayahku bangun, aku berlari dan hanya bisa terduduk, menangis di samping ranjang sambil memegang tangan ayahku yang masih hangat. 

Apa ini? 
Apa ini hanya mimpi? Ini tidak benar-benar terjadi kan? 
Aku sudah tidak mempunyai ayah? Tidak mungkin. 
Otaku terus berpikir dan memaksaku untuk berpikir kalau ini semua hanya mimpi. 
Ayahku baik-baik saja. 
Ya, ayahku memang baik-baik saja. Tapi beliau baik-baik saja di atas sana. 

Laki-laki terbaik yang tidak pernah mau melihat anak gadis kecilnya kecewa, mendukung apa semua yang menjadi impian anak nya, memberikan masukan, nasihat dan mengajarkan hal-hal baik. Itulah yang di lakukan seluruh ayah di dunia, tidak hanya ayahku, ayahmu, ayah kita semua pasti melakukan hal yang sama. 
Aku sangat sangat mencintaimu, maafkan anakmu yang begitu banyak salah padamu. Hanya alfatiha yang bisa kuhadiahkan untukmu di tiap lima waktuku. 
Semoga Allah SWT selalu melindungimu, memberikan tempat terbaik di sisi nya, mengampuni dosamu dan menyanyangimu seperti kau yang begitu menyayangi anak-anak mu. 

I LOVE U PAK ❤



Thursday, March 12, 2020

Hubungan kita sudah berakhir sebelum kita memulai nya

Hari itu, tepatnya bulan mei 2016 lalu, aku menjadi salah satu calon bintara TNI AL. Aneh bagi orang-orang yang dekat denganku, bagaimana mereka tau secinta apa aku dengan dunia ku, ya.. Dunia penerbanganku, 
tapi itulah aku saat itu. Aku tidak terlahir dari keluarga anggota abdi negara, teman atau kerabat dekat pun tak punya, dunia ini sangat awam bagiku, tapi ini lah aku, calon bintara wanita TNI AL tahun 2016 yang lalu. 
Ini bukan cerita suksesku, tapi dibalik semua itu, ada sedikit cerita yang ingin kuceritakan pada waktu itu.

Di hari pertama pendaftaran, aku bertemu seseorang, seseorang yang aku kira akan menjadi pacar dan juga jodohku, 
Tetapi....................

Aku bertemu dengannya, di depan gerbang utama. Dia mengantarkanku menuju ruangan untuk melakukan pendaftaran itu, Dia tinggi, badannya yang berisi, senyum dan sikapnya yang manis
Seketika membuatku kagum begitu saja, inilah kali pertamaku bertemu seorang tentara muda yang membuatku jatuh hati saat kali pertama. 
Kami mengobrol akrab pada pertemuan pertama kami, kami melanjutkan perkenalan kami dengan saling menukar nomor telpon.
Kami mengobrol banyak entah itu di sms, line dan juga blackberry massenger. 
Dia sangat kaku, namum manis,dan ya.. aku menyukainya. 
Kami sering bertemu di luar kantor nya tapi saat berada dalam satu kantor, kami jarang untuk bertegur sapa, hanya senyum sekilas yang keluar ketika kami saling bertemu dalam tatapan mata. 
Ya, kami sangat jarang sekali bertemu di tempat pendaftaran itu, padahal setauku dia adalah salah satu panitia penerimaan calon bintara TNI AL tapi entahlah mungkin dia sibuk di hal lain sehingga jarang sekali kami bertemu. 
Walaupun kami jarang bertemu di kantornya tapi kami sering menyempatkan waktu untuk bertemu diluar untuk sekedar makan malam bersama. 
Ketika diluar kantor dia masih saja kaku, entahlah mungkin memang dia seperti itu. Awal nya aku sama sekali tidak mempermasalahkan sifat kaku nya seperti itu karna dia sangat peduli padaku, menanyakan kabar, atau hanya sekedar basa basi denganku. 
apa ini rencana tuhan? Terkadang kalimat itu terlintas begitu saja di kepalaku. Dia membuatku merasa begitu nyaman walau masih dengan sifat kaku nya itu. 
Tapi.. 
Semuanya berubah saat dia benar-benar mengacuhkanku. Iya benar-benar mengacuhkanku. 
Saat itu dia mengambil cuti tahunannya untuk pulang ke kampung halaman, tapi dia tidak memberitahukan rencananya itu, dengan tiba-tiba dia hanya mengirim pesan kalau dia sudah berada di surabaya. Awalnya terkejut, kenapa dia tidak memberitahu rencananya itu, kalau dia memberitahu itu, aku bisa dengan sangat mudah mengantarkannya sampai ke pintu gate keberangkatan pikirku. Tapi, akhirnya aku berpikir untuk melupakan saja, mungkin dia hanya tidak mau membuatku kecewa atau entahlah mungkin dia punya alasan tersendiri yang sampai hari ini pun aku tak pernah tau. 
Setelah di surabaya dia tidak pernah menghubungiku lagi, ya pesan itu adalah pesan terakhirnya setelah dia tiba di surabaya, aku pikir aku harus memberikan waktu untuk dia dan keluarganya tapi entah kenapa selama sebulan penuh dia tidak juga mengabariku, entah hanya sebuah pesan singkat "Hai" atau basa basi lainnya pun tidak dia lakukan. Bahkan dia sering mengupdate status di sosial media yang dia punya. Tapi dia tetap tidak menghubungiku. 
Apa dia melupakanku? Sengaja tak mengabariku?
Itu yang terus menerus menancap di pikiranku. Dan aku mulai berfikir untuk berhenti mengharapkannya, ya benar-benar berhenti mengharapkannya. 
Setelah sebulan berlalu dan dia tiba di kota ku lagi, tiba-tiba saja dia menghubungiku. Dengan pesan singkat yang berisi "kamu apa kabar". aku menjawabnya tapi tidak menanyakan kembali untuk sekedar basa basi, disitu aku yakin dia tersadar dengan sikapku yang berubah, sehingga pesan itu jadi pesan terakhir dia di blackberry massenger ku. 
Hubungan kita sudah berakhir sebelum kita memulai nya.