Masih teringat jelas dalam ingatan, saat dimana bibir ini tak mampu mengucap sepatah kata, air mata ini yang ingin sekali menetes tapi seakan sangat tertahankan, pikiran ini yang begitu kacau, tetapi berusaha tenang dan tetap tenang. Walau tak di dengar tapi hati ini terus berdoa meminta pertolongan agar semuanya baik-baik saja seperti sebelumnya.
Apa ini??? Kenapa kaki ini seakan tdk bisa berpijak?
Tanganku juga begitu bergoyang hebat, jantung yang berdegub kencang seakan-akan tau apa yang terjadi di luar sini.
Kau harus kuat, kau bisa melakukannya.
Kenapa gembok pagar ini sangat sulit di buka, tidak seperti biasanya?? Apa karna tangan ini? Tuhan, tolong bantu aku.
Tuhan, aku belum siap. Apa ini? Tuhan, bantu ayahku, semua akan baik-baik saja bukan???
Doa, doa, dan doa...
Tidak ingin memikirkan hal lain selain berdoa, meminta pada yang kuasa untuk semuanya menjadi baik-baik saja.
Mata ini pun tidak bisa berhenti mengeluarkan isinya.
Tidak ingin memikirkan hal lain selain berdoa, meminta pada yang kuasa untuk semuanya menjadi baik-baik saja.
Mata ini pun tidak bisa berhenti mengeluarkan isinya.
(Ya allah, jadikanlah semuanya baik-baik saja)
Setelah meminta pertolongan tetangga kita langsung kerumah sakit, mobil melaju dengan kecepatan tinggi, doa-doa yang kuucap tak pernah putus.
Jalanan begitu sepi, jarak rumah sakit dan rumahku tidak begitu jauh, tapi kenapa ini terasa sangat lama?
Ya Tuhan, bantu kami..
Setelah tiba di rumah sakit, petugas langsung membantu menurunkan ayahku, masuk ke dalam IGD dan langsung memberikan pertolongan pertama, di tempelkan alat-alat medis di atas dada ayahku, aku yang tak sanggup lagi berdiri langsung duduk sambil terus memperhatikan ayahku.
Ya allah jadikan semuanya baik-baik saja..
Jadikan semuanya baik-baik saja..
Hanya itu yang terus kupinta.
Seorang dokter yang telah memasang alat-alat medis di atas dada ayaku tiba-tiba melihat ke arah kakak dan mamaku yang berdiri di depannya, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, memberi isyarat kepada kakak dan mamaku kalau orang yang sangat kami cintai itu telah pergi.
Kakaku menangis hebat memeluk ayahku, menyuruh ayahku bangun, aku berlari dan hanya bisa terduduk, menangis di samping ranjang sambil memegang tangan ayahku yang masih hangat.
Apa ini?
Apa ini hanya mimpi? Ini tidak benar-benar terjadi kan?
Aku sudah tidak mempunyai ayah? Tidak mungkin.
Otaku terus berpikir dan memaksaku untuk berpikir kalau ini semua hanya mimpi.
Ayahku baik-baik saja.
Ya, ayahku memang baik-baik saja. Tapi beliau baik-baik saja di atas sana.
Laki-laki terbaik yang tidak pernah mau melihat anak gadis kecilnya kecewa, mendukung apa semua yang menjadi impian anak nya, memberikan masukan, nasihat dan mengajarkan hal-hal baik. Itulah yang di lakukan seluruh ayah di dunia, tidak hanya ayahku, ayahmu, ayah kita semua pasti melakukan hal yang sama.
Aku sangat sangat mencintaimu, maafkan anakmu yang begitu banyak salah padamu. Hanya alfatiha yang bisa kuhadiahkan untukmu di tiap lima waktuku.
Semoga Allah SWT selalu melindungimu, memberikan tempat terbaik di sisi nya, mengampuni dosamu dan menyanyangimu seperti kau yang begitu menyayangi anak-anak mu.
I LOVE U PAK ❤
No comments:
Post a Comment