Saturday, January 20, 2018

Orang Ketiga

Orang ketiga dalam sebuah hubungan. Sebenarnya gue belum pantas ngebahas ini, karna gue masih berstatus wanita yang belum bersuami, tapi gue pengen banget ngebahas ini.
Mungkin dalam hubungan yang masih status pacaran, orang ketiga ini masih bisa diatasi dengan PERGI atau mengalah kemudian move on.
Tapi dalam hubungan yang sudah berstatus menikah, bagaimana caranya mengatasi masalah ini?????? Apakah kita harus melalakukan hal yang sama seperti ketika masih berstatus pacaran???
Hari ini gue terlalu *Baper* dengan film yang gue tonton, sudah 2 film dalam sehari dengan cerita yang hampir sama, intinya yaitu poligami, film yang buat gue baper setengah mati, gue takut, gue selalu memikirkan apa yang akan gue lakulan kalau semua itu terjadi sama gue? Apa gue bisa? Gue rasa nggak. Tapi gue nggak tau, karna dalam pikiran ini selalu menolak, menolak dan menolak, sehingga yang ada dalam otak gue saat ini hanyalah Penolakan.
Mungkin ini hanya sebuah film yang sudah di atur dan akan berakhir dengan happy ending, tapi gue sama sekali nggak akan setuju kalau gue berada dalam posisi seperti itu. Terlalu mudah untuk memaafkan. *itu yang ada dalam pikiran gue saat ini*
Egois!!!! Yah itulah gue. Tak mau memikirkan orang lain ketika hati sendiri sedang terluka.
Apa jadinya kalau gue benar berada dalam posisi film itu? Membayangkanya saja gue nggak mau, gue takut.
Lantas apa yang harus gue lakuin? Apa gue harus menangis , meronta, dan memohon pada suami gue untuk ninggalin orang ketiga itu? Atau gue harus belajar ikhlas dan menerima bahwa ini adalah takdir? Gue ragu dengan pilihan kedua.
Gue membuat diri gue berada dalam pilihan. Pilihan yang sebenarnya memang nggak pernah ada dalam dunia nyata. Gue mungkin terlalu membawa cerita-cerita film ini di dalam perasaan yang terlalu dalam, sehingga gue membuat diri gue berada dalam satu masalah besar yang sebenarnya memang tidak ada, gue di tuntut untuk mengambil keputusan, membuat pilihan, yang di mana pilihan dan keputusan itupun sebenarnya tidak ada.
Di dalam pengalaman-pengalaman gue menjalani hari, gue sering bertemu seorang suami yang bersikap *sangat tidak adil pada istrinya*  tapi apah? Apa yang bisa gue lakuin?
Negur? Tidak mungkin. Gue hanya diam dan mencoba untuk mempelajari keadaan. Hal-hal seperti ini yang buat gue merasa lebih lebih dan lebih takut lagi untuk menjalani kehidupan rumah tangga, gue belom siap untuk di timpa begitu banyak cobaan dalam pernikahan, gue takut harus di hadapkan pada pilihan-pilihn sulit yang membayangkannya saja gue amat sangat ketakutan.
Intinya gue takut jika kedepannya *amit-amit* akan di hadapkan dengan ujian seperti ini, gue hanya bisa berdoa semoga tuhan nggak memberikan ujian seperti ini dalam hidup gue. Gue takut.
Gue bukan wanita kuat seperti yang dipikirkan orang-orang, gue hanya gadis lemah yang takut di hapkan dengan pilihan-pilihan sulit.

Friday, January 19, 2018

LDR

Suatu hubungan yang saat ini sedang gue jalani.
Wdyt about LDR guys????
Well, gue nggak tau harus ngomong apa, gue sendiri bingung apa gue bego atau gue bloon.
Gue pernah jalani 2x hubungan LDR,
Yang pertama sorong_bau-bau , sorong_timor leste, dan terakhir yang sedang gue jalani adalah sorong ❤ jakarta,  kedua kali hubungan yang gue jalani itu gagal, dan sekarang gue jalani lagi.
Bukan gue tidak belajar dari pengalaman tapi gue hanya berusaha menjalani kehidupan yang gue yakini ini lah takdir. Ini takdir yang udah tuhan buat untuk gue, so gue pikir gue tinggal jalani aja. Memang sekarang gue nggak mau memikirkan hal-hal yang akan bisa terjadi atau mungkin yang sudah terjadi tapi gue belum tau hal itu. Gue hanya berusaha menjalani hari-hari gue dengan hubungan jarak jauh ini.
Ada begitu banyak hal yang gue takutin terjadi, dan gue yakin kalian pasti tau hal ini karna ini bukan rahasia umum lagi.
Tapi, disini yang ingin gue bagi adalah ketika gue tiba-tiba hilang mood dan merasa kalau hubungan jarak jauh ini begitu amat sangat menyiksa gue, terlebih ketika si doi mulai ngelakuin hal-hal yang (mungkin wajar) bagi orang pada umumnya tapi amat sangat nggak wajar bagi mereka yang sedang ngejalani hubungan jarak jauh ini. Ketika kabar tidak di berikan, rasa curiga ini datang  bertubi-tubi, merasa sendiri, sepi, ingin mengeluarkan apa yang sebenarnya gue pun nggak tau itu apa, dan ketika gue merasa hubungan ini harus bener-bener berakhir karna beberapa hal yang sangat gue takutkan, tapi kembali ketika mood itu pergi gue akan merasa seperti orang yang sangat bahagia di dunia, ketika apa yang gue inginkan bisa gue dapatkan walau itu hanya sebatas perhatian, kasih sayang, gurauan atau apapun itu yang biasanya di lakukan pasangan LDR.
Gue bingung harus bagaimana mengendalikan hati dan pikiran gue biar gue bisa mengendalikan mood yang terkadang acak-acakan. Gue sadar gue belum bisa mengendalikan mood yang datang-datangan ini, gue bingung harus berbuat apa ketika mood ini berada dalam puncaknya.
Gue takut mood seperti ini yang akan menghancurkan hubungan gue ini.
Tapi di dalam hati kecil yang paling dalam gue ingin semuanya baik-baik saja, gue bisa mengendalikan mood acak gue ini, dan bisa selalu berpikir positif tentang apapun, gue ingin semuanya baik jadi gue harus berusaha untuk lebih baik lagi.